Bincang Hangat tentang Anemia
Halo sobat UNALA!
Pernahkah kalian merasa lemas, letih, lesu, lunglai, ataupun lemah? UNALA yakin banyak dari kalian yang tidak asing medengarnya, apalagi jika disingkat dengan ‘5L’ yang pasti mudah diingat, dong.
Yap! 5L di Indonesia dikenal sebagai gejala dari anemia.
Anemia adalah kondisi ketika darah tidak memiliki cukup sel darah merah atau bahkan sel darah merah tidak berfungsi di dalam tubuh. Padahal, sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengantarkan oksigen ke paru-paru dan seluruh tubuh. Oleh karena itu, jika tubuh kurang mendapat asupan oksigen, maka akan muncul gejala kelelahan, kulit pucat, sesak napas, limbung, jantung berdetak cepat, dan lain sebagainya.
Banyak orang orang menganggap remeh anemia karena gejala yang ditimbulkan sangat umum terjadi. Padahal anemia menjadi masalah yang mengkhawatirkan karena menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga rentan sakit. Tidak hanya itu, kreativitas maupun produktivitas juga akan terganggu misalnya sulit berkonsentrasi saaat belajar sehingga prestasi menurun atau saat sedang bekerja yang menyebabkan pekerjaan semakin menumpuk. Bahkan sampai ada yang harus menjalani transfusi darah akibat anemia yang parah. Hal ini menajadi perhatian tersendiri bagi Worl Health Organization (WHO) karena penderitanya berjumlah 2.3 miliar orang secara global.
Sedangkan menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, jumlah penderita anemia di Indonesia terdiri dari 26,4 persen anak-anak, 12,4 persen laki-laki usia 13-18 tahun, 16,6 persen laki-laki di atas 15 tahun, 22,7 persen perempuan usia 13-18 tahun, 22,7 persen wanita usia 15-49 tahun, dan 37,1 persen ibu hamil.
Data di atas menunjukan bahwa perempuan lebih rentan terhadap anemia. Mengapa demikian?
Penyebabnya ialah karena perempuan memiliki kadar hemoglobin dan hematokrit (persentase jumlah sel darah merah per 100 ml volume darah) lebih rendah ketimbang pria, yakni ada laki-laki sehat, kadar hemoglobin normal adalah sekitar 14-18 g/dL dan hematokritnya 38,5 sampai 50 persen. Di sisi lain, perempuan sehat, kadar normal hemoglobinnya bisa sekitar 12-16 g/dL dan hematokrit sebesar 34,9 sampai 44,5 persen. Hal inilah yang menyebabkan wanita lebih rentan mengalami anemia daripada laki-laki.
Selain itu, perempuan juga mempunyaia kondisi khusus seperti saat menstruasi, zat besi dalam tubuh tentu jumlahnya tidak sama dengan saat tidak sedang menstruasi. Umumnya menstruasi membuat tubuh rentan mengalami kekurangan darah. Untuk itu perlu bagi kita untuk memenuhi kebutuhan gizi selama menstruasi, untuk mencegah terjadinya anemia.
Menerapkan pola hidup sehat seperti mengonsumsi buah dan sayur yang kaya akan zat besi dapat mencegah terjadinya anemia. Selain itu, pemerintah juga menganjurkan konsumsi tablet tambah darah (TTD), utamanya untuk remaja putri, sebanyak satu kali dalam seminggu. Hal ini akan mencegah terjadinya anemia pada remaja dan tentu tubuh akan lebih siap saat menstruasi karena asupan zat besi telah rutin dikonsumsi tiap minggunya.
Umumnya anemia sulit dideteksi oleh orang awam, sehingga ada baiknya memeriksakannya ke pusat kesehatan atau berkonsultasi dengan dokter dan bidan. Di sini UNALA hadir untuk menghubungkan kalian dengan dokter dan bidan yang tidak hanya kompeten di bidangnya, namun juga ramah remaja. Kalian juga dapat berkonsultasi masalah kesehatan reproduksi dan seksual secara gratis menggunakan voucher UNALA.
Tunggu apalagi? Yuk, segera hubungi customer line UNALA untuk hidup lebih sehat di tahun 2019. (MRA)
#UNALAcare #UNALA