Mari Hilangkan Stigma tentang Kusta
Pada zaman dulu, ada sebuah penyakit yang mewabah ke perkampungan penduduk. Penyakit ini menimbulkan bercak putih pada kulit layaknya panu, namun ini lebih mengerikan. Penyakit yang juga menular ini bahkan tidak ada obatnya, pada saat itu. Sehingga ia disebut sebagai penyakit kutukan. Banyak penderitanya dikucilkan maupun terusir karena dianggap membawa petaka.
Penyakit tersebut sekarang lebih dikenal sebagai kusta. Beruntung, telah banyak penelitian tentang kusta yang akhirnya mematahkan mitos yang beredar tentang kusta. Sayangnya, stigma yang melekat pada penyakit maupun penderitanya tak lantas hilang begitu saja. Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Kusta Sedunia, mari kita pahami lebih dalam tentang kusta. Apa sajakah itu? Yuk, kita simak!
1. Apa Itu Kusta?
Kusta yang lebih dikenal sebagai lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit kronis yang menyerang kulit dan sistem saraf tepi.
2. Bagaimana Gejala yang Muncul?
Gejala kusta yang paling mendasar adalah mati rasa atau baal. Kondisi ini menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan perubahan suhu sehingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Tanda dan gejala kusta sering kali menyerupai penyakit lain, seperti vitiligo, panu, dan masih banyak lagi. Sehingga perlu untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.
3. Apakah Kusta Dapat Menular?
Ya. Cara penularannya adalah bakteri tersebut masuk melalui percikan cairan pernafasan dan kemunculannya pun bergantung pada imunitas tubuh seseorang. Imunitas tersebut mempengaruhi lama masa inkubasi bahkan tipe penyakit kusta.
Namun penularannya tidaklah mudah. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menyatakan bahwa 95 persen orang tubuhnya mampu melawan bakteri penyebab kusta sehingga tak menyebabkan penyakit ini muncul.
4. Sudahkah Ditemukan Obatnya?
Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, sehingga orang dengan kusta akan mendapatkan antibiotik khusus untuk mematikan bakteri selama kurang lebih 6-24 bulan. Jadi, kusta bukanlah penyakit mematikan yang tidak ada obatnya.
5. Bagaimana Bersikap dengan Penderita?
Tak perlu takut untuk berjabat tangan atau berkontak fisik semacamnya karena penularan kusta tak semudah yang kita piker selama ini. Apalagi, ketika penderita tersebut telah sekali menjalani pengobatan, maka penyakitnya tersebut sudah tidak dapat menular. Banyak dari penderitanya dpat kembali normal dan sehat setelah menjalani pengobatan
Kesimpulannya, kusta bukanlah penyakit kutukan, melainkan disebabkan oleh bakteri dan dapat diobati dengan antibiotik sehingga dapat kembali sehat. Walaupun tergolong penyakit menular, 95% orang kebal terhadap kusta. Oleh karena itu, penderita kusta seyogyanya tidak dikucilkan. Mari kita beri mereka dorongan dan semangat untuk menjalani pengobatan agat dapat menjalani hidup yang sehat seperti sebelumnya.
Setalah membaca paparan di atas, yuk, kita patahkan mitos tentang kusta maupun stigma yang melekat pada penderitanya.
Kusta mempunyai gejala awal yang mirip seperti penyakit kulit lainnya, contohnya panu. Untuk itu, segera kunjungi dokter agar pengangannya tidak terlambat. Kalian juga dapat membuat janji temu dengan dokter atau bidan UNALA. Tak perlu ragu apalagi malu, karena mitra kami tidak hanya kompeten di bidangnya, namun juga ramah remaja. Kami tunggu kedatangan kalian!
#UNALAcare
Referensi :
Ibrahim, A. M. (2018, Agustus 8). Mengenal Kusta Alias Lepra, Penyakit yang Sering Telat Dideteksi.
Iswandiari, Y. (2017, Oktober 3). Sering Disangka Panu, Bercak Putih di Kulit Bisa Jadi Tanda Kusta.
Kamaliah, A. (2017, November 13). Ciri Kusta Bercak Putih, Apa Bedanya dengan Panu?