Guilt Trip: Pengaruh Buruk dan Cara Mengatasinya
Apakah kamu seringkali disalahkan atas perilaku yang tidak kamu lakukan? Namun kamu kemudian dibuat merasa bersalah dan melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan keinginanmu.
“Kamu sudah sering aku bantu, tapi untuk pergi berdua aja masih nggak punya waktu?”
“Kamu sibuk ngapain aja sih? Balas chat aku lama banget. Aku lho nggak pernah slow respond sama kamu.”
Apa itu Guilt-Tripping?
Adalah perilaku atau sikap yang membuat orang lain merasa bersalah atau bertanggung jawab untuk mengubah perilaku mereka atau mengambil tindakan tertentu. Kenapa orang dibuat merasa bersalah? Karena rasa bersalah dapat menjadi pengaruh yang kuat dari perilaku manusia. Orang dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengubah cara orang lain berpikir, merasa, dan berperilaku.
Kenali Dampak Buruknya Bagi Dirimu
- Merusak Hubungan
Guilt Trip dapat merusak hubungan dekat, seperti sebuah studi yang menunjukkan:
- Seseorang yang terluka kritik pasangannya, cenderung menggunakan perasaan terluka ini untuk membuat pasangannya merasa bersalah.
- Pasangan yang dibuat merasa bersalah hingga membuat tenang pelakunya, mungkin akan menganggap buruk hubungan tersebut.
Perasaan bersalah berhasil membuat pasanganmu melakukan apa yang kamu inginkan. Tapi ini dapat merusak kepercayaan dan membuat orang lain merasa kalau mereka sedang dimanipulasi.
- Menimbulkan Perasaan Dendam
Jika kamu merasa kalau pasanganmu akan selalu membuatmu merasa bersalah terhadap sesuatu yang tidak ingin kamu lakukan, ini dapat menyebabkan:
- mengurangi keintiman
- mengurangi kedekatan emosional
- pada akhirnya membuatmu mulai membenci pasangan
Inilah kenapa Guilt Trip bisa meracuni hubungan karena dapat menyebabkan perasaan dendam yang bertahan lama.
- Reaktansi (Reactance)
Saat seseorang dibuat merasa bersalah, maka ia dapat ‘dengan mudah’ untuk diminta melakukan hal-hal yang diinginkan oleh pelaku. Namun, dalam suatu kondisi tertentu hal ini justeru bisa menjadi bumerang atau memicu munculnya perlawanan. Ini yang dinamakan reaktansi dalam psikologi, yaitu gairah motivasi yang tidak menyenangkan yang muncul ketika orang mengalami ancaman atau hilangnya perilaku bebas mereka. Ini berfungsi sebagai motivator untuk mengembalikan kebebasan seseorang.
Misalnya, saat seseorang dilarang atau dibatasi untuk bepergian, ia justeru akan memberontak dan berusaha untuk pergi.
- Kesejahteraan yang Buruk
Perasaan bersalah yang berlebihan dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif.1 Menjadi sasaran Guilt Trip, dapat mengembangkan kondisi ini atau memperburuk situasinya. Mengalami rasa bersalah juga dapat menyebabkan banyak emosi dan gejala langsung dan tidak menyenangkan seperti kecemasan, kesedihan, penyesalan, kekhawatiran, ketegangan otot, dan insomnia.1 Seiring waktu, rasa bersalah dapat menyebabkan perasaan malu. Rasa malu dapat memengaruhi citra diri Anda, yang kemudian dapat berkontribusi pada penarikan diri dan isolasi sosial.2
Jika kamu ingin terlepas dari dampak buruk Guilt Trip dalam hubunganmu, adalah dengan menetapkan batasan dengan pelaku dan meminta mereka untuk mengubah kebiasaan mereka. Nah berikut cara-caranya.
- Katakan kepada pelaku, kalau kamu paham betapa pentingnya bagi mereka bahwa kamu melakukan sesuatu yang mereka coba lakukan untuk membuatmu merasa bersalah.
- Jelaskan bahwa mereka menggunakan perjalanan rasa bersalah untuk membuatmu menyesuaikan diri dengan keinginan mereka, telah membuatmu kesal bahkan hingga akhirnya kamu menurutinya.
- Bilang padanya, kalau kamu khawatir jika kebencian yang terakumulasi ini bisa membuatmu makin menjauh darinya dan itu bukan hal yang kamu atau mereka inginkan.
- Mintalah mereka untuk mengungkapkan keinginannya secara langsung, daripada mencoba menggunakan suara hatimu dan untuk menghormati keputusanmu.
“Aku senang kalau kamu bisa datang besok malam ke rumahku lho. Tapi kalau kamu masih ada tugas, ya nggak apa-apa sih.”
- Jelaskan bahwa kamu akan sering melakukan apa yang mereka minta jika mereka bertanya secara langsung. Akui bahwa kamu mungkin tidak selalu menuruti keinginannya, tapi tunjukkan bahwa kamu akan merespon dengan positif, kamu akan merasa senang dan melakukannya sepenuh hati, bahkan akan lebih banyak mendapatkan manfaatnya.
- Bersiaplah untuk melakukan diskusi kembali dan mengingatkannya saat Guilt Trip kembali dilakukan (dan mungkin akan terjadi lagi).
Ingat, akan butuh waktu bagi mereka untuk mengubah kebiasaan komunikasi yang sudah mendarah daging.
- Bersikap baik dan sabar selama proses ini. Bersikap demikian akan memotivasi mereka untuk berusaha lebih keras untuk berubah daripada jika kamu bersikap marah dan penuh kebencian, meskipun perasaanmu tersebut valid atau lumrah.
1 Tilghman-Osborne C, Cole DA, Felton JW. Definition and measurement of guilt: Implications for clinical research and practice. Clin Psychol Rev. 2010;30(5):536-546. doi:10.1016/j.cpr.2010.03.007
2 Miceli M, Castelfranchi C. Reconsidering the differences between shame and guilt. Eur J Psychol. 2018;14(3):710-733. doi:10.5964/ejop.v14i3.1564
Sumber:
https://www.verywellmind.com/what-is-a-guilt-trip-5192249#citation-4
https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-squeaky-wheel/201305/7-ways-get-out-guilt-trips